Penanganan Formalin
a) Penanganan
Formalin
Bila terkena hirupan atau terkena kontak
langsung formalin, tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan
penderita dari daerah paparan ketempat yang aman. Bila terkena mata maka bilas
mata dengan air mengalir cukup banyak sambil mata dikedip –kedipkan. Pastikan
tida ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan garam dapur 0,9
% secara terus – menerus dan dibawa ke rumah sakit. Bila tertelan segera minum
susu atau norit.
b) Cara
Menghilangkan Kandungan Formalin
Menurut hasil temuan Dosen Program Studi
Teknologi Pangan Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata, Ita
Sulistyawati STP MSc bahwa menghilangkan kadar formalin dalam produk makanan
ternyata tidak terlalu sulit. Cukup direndam dengan air biasa, direbus hingga
mendidih, dan digoreng, maka kadar formalin di dalam makanan bisa luntur. Ita
mengatakan, karakteristik formalin adalah mudah larut dalam air sampai dengan
konsentrasi 55 persen. Formalin juga sangat reaktif dalam kondisi basa. Oleh
karena itu, formalin dalam makanan mudah larut apabila direndam dalam air biasa
maupun air panas. Selain itu, titik didih formalin relatif rendah. Hal ini
membuat kandungan formalin pada makanan akan mudah menguap saat perebusan atau
penggorengan. Jadi, deformalinisasi itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara
sadar atau tidak, padagang tahu atau ibu rumah tangga sudah melakukan
deformalinisasi itu dengan cara merendam tahu sebelum dimasak. Jarang sekali
ada tahu yang dikonsumsi mentah.
Menurut penelitian Ita, formalin yang masuk
ke pencernaan tidak akan berpengaruh negatif. Formalin yang melalui proses
metabolisme akan sangat cepat (sekitar 1,5 menit) terurai menjadi karbon
dioksida dan air seni. Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan,
kadar formalin baru akan menimbulkan toksifikasi atau pengaruh negarif jika
mencapai enam gram. Kadar formalin lebih dari enam gram berpotensi menimbulkan
efek kesehatan. Pada tahap akut, efek itu bisa berupa muntah, diare darah,
kejang-kejang, vertigo, dan muntah darah. Adapun pada efek kronis dapat
menimbukan dermatitis kronis, bronkitis, serta kemungkinan kanker.
Sumber: Kompas, 7 Desember
2006 dengan pengubahan seperlunya
I. Sampel
Makanan
a) Mie
basah
Mie basah merupakan salah satu makanan yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, sebagai contohnya adalah mie
bakso. Karena dalam proses pembuatannya tidak dilakukan proses pengeringan,
maka kadar air dalam mie basah tinggi sehingga dapat menjadi media tumbuhnya
jamur. Oleh karena itu dalam pembuatan mie basah diperlukan bahan pengawet agar
mie bisa bertahan lama. Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai bahan pengawet
merupakan faktor utama penyebab penggunaan formalin pada mie basah. Formalin dapat
digunakan sebagai pengawet karena bersifat bakterisid namun formalin merupakan
bahan kimia berbahaya yang dapat merusak jaringan dan dapat menimbulkan efek
toksik lokal.
b) Tahu
Tahu merupakan bahan makanan sumber protein nabati yang sangat
populer setelah tempe (Widyaningsih, 2006). Tahu mengandung 7-8 gram zat
protein dan 124 mg zat kalsium per 100 gram tahu. Sama seperti mie basah
dalam proses pembuatannya tidak dilakukan proses pengeringan, maka kadar air
dalam tahu tinggi sehingga dapat menjadi media tumbuhnya jamur. Oleh karena itu
dalam pembuatan mie basah diperlukan bahan pengawet agar tahu bisa bertahan lama.
Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai bahan pengawet merupakan faktor utama
penyebab penggunaan formalin pada tahu.
Formalin ketika disiramkan ke makanan seperti
tahu, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu
hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat
unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain
itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi
lebih awet sehingga Tahu yang bentuknya sangat bagus,kenyal,tidak mudah
hancur,awet beberapa hari dan tidakmudah basi.
Pengawetan tahu tanpa formalin dapat
dilakukan dengan cara:
- Tahu direndam dalam air yang diberi garam dapur 3% atau cuka 0,1% atau campuran keduanya. Tahu akan awet sampai 3-4 hari.
- Tahu dikukus atau direbus dan direndam dengan air perebusannya juga dapat memperpanjang daya awetnya.
- Perendaman dalam larutan kalium sorbat. Mula-mula rebus air sampai mendidih dan buat larutan kalium sorbat 0.3 persen dengan air tersebut. Tahu dicuci dengan air matang dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Lalu masukkan larutan kalium sorbat di atas sampai semua tahu terendam dan ditutup rapat menggunakan siller. Dengan cara ini tahu dapat disimpan pada suhu kamar dengan daya awet 7 – 8 hari
- Perendaman dalam campuran larutan kunyit dan jeruk nipis. Kunyit dicuci dan ditumbuk sampai halus, lalu buat larutan kunyit 3 persen menggunakan air matang, kemudian disaring. Tambahkan air jeruk nipis sehingga pH larutan menjadi 3.5 – 4. Tahu dicuci lalu direbus selama 3 menit dan direndam ke dalam larutan di atas sampai seluruh permukaannya terendam. Metode ini dapat mengawetkan tahu selama 3 hari.
- Perendaman dalam larutan air matang. Mula-mula tahu dicui dan ditiriskan. Kemudian direndam dalam air mendidih sampai betul-betul terendam. Lakukan penggantian air panas baru setiap 24 jam, dengan cara ini tahu tahan disimpan selama 5 hari.
- Perendaman dalam campuran sari jeruk lemon dan garam dapur. Buat larutan sari jeruk lemon 10 persen dan tambahkan larutan garam dapur sebanyak 4 persen. Rendam tahu ke dalam larutan di atas dalam wadah plastik. Metode ini dapat mengawetkan tahu selama 10 hari
Baca Juga ------
- Peraturan Pemerintah Mengenai Formalin Klik Disini
- Apa Formalin Itu Klik Disini
- Penangan Formalin Klik Disini
- Metode Pengujian Klik Disini
Daftar Pustaka
Anonim, 1989. Concise International
Chemical Assessment Document Formaldehyde. World Health Organization. Geneva
Anonim.
1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
Anonim.
1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ika
WH, 2007. Pemerikasaan Kandungan formaldehid Bedasarkan Perbedaan Suhu Air Yang
Dimasukkan Kedalam Peralatan Makan Melanin Yang beredar Di Kota Medan Tahun
2007. Skripsi USU. Medan
Kusumawati
F dkk. 2004. Penetapan Kadar Formalin Yang Digunakan Sebagai Pengawet Dalam
Bakmi Basah Di Pasar Wilayah Kota Surakarta, Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, Vol. 5, No. 1, 2004: 131-140, Surakarta.
Komentar
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Membaca Dan Komentarnya